Setangkai Bunga

Setangkai Bunga
Karya Vika Amelia
Matahari mulai mendaki sang langit. Perlahan-lahan beranjak dari peraduannya, hingga kehangatannya mulai terasa oleh makhluk-makhluk bumi. Tak begitu panas namun cukup hangat sehingga membuat orang malas keluar rumah karena takut terkena sinar UV. Namun bagiku itu adalah anugrah, karena aku bisa berangkat sekolah sambil menikmati indahnya pagi dan hangatnya sang mentari. Aku Zenia, sejak masuk SMA aku tak pernah punya kenalan cowok yang cocok dihati atau biasa disebut pacar.
Tak terasa lima belas menit sudah berlalu, Aku telah tiba digedung megah yang biasa disebut sekolah. Aku langsung menghampiri seorang cewek yang sedang duduk di sebuah bangku taman dan mengajaknya masuk ke kelas. Ia adalah sahabatku yang bernama Aira. "Tet... Tet... Tet..." bel istirahat memunculkan suaranya. Aku dan Aira keluar dari kelas dan menuju tempat beribadah, musolla sekolah tepatnya. Di depan kelas yang berhadapan dengan musolla tampak seorang cowok yang menempelkan pantatnya pada kursi. Arah retina matanya tertuju pada gerak-geriku. Aku tak sadar gerak-geriku yang selalu diawasi oleh kedua pasang mata lelaki yang sebaya denganku. Aira memberi tahu aku bahwa cowok yang duduk di depan kelas itu mengawasi gerak-geriku. Aku langsung mengarahkan kedua mataku pada cowok tersebut. Cowok yang sedari tadi mengawasiku mempunyai perasaan peka yang baik, ia langsung mengarahkan matanya padaku. Tatapan mata yang tajam membuatku merasakan getaran-getaran yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Apakah ini yang namanya cinta? Pertanyaan itu sekilas menghantui pikiranku. "Jantungku terasa akan jatuh dari tungkainya" kataku dalam hati. Selama tujuh belas tahun aku tak pernah merasakan hal seperti ini. Perbuatan yang tak biasa aku lakukan, karena dari sekian banyak cowok yang suka padaku tetapi aku tak pernah peka terhadapnya. Baru kali ini sinyal pekaku penuh.
Cowok tersebut yang  ternyata bernama Alvin sepertinya juga menaruh hati padaku. Al begitu sapaan akrabnya telah memilihku untuk menemaninya mencari arti cinta yang sesungguhnya. Ibarat ia memilih setangkai bunga dari segerombolan dan jenis-jenis yang berbeda, ia ingin bunga itu tetap mekar dan harum untuk mewarnai hidupnya. Seakan-akan bunga itu berkata "jika kamu memilih aku, tolong rawat dan jaga aku"
Di sebuah bilik tempatku berlayar di pulau kapuk, aku merasakan sesuatu yang aneh dan tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku selalu teringat kejadian tadi pagi dimana aku bertemu dengan seorang pangeran yang membuat jantungku berdebar-debar, tangan terasa dingin, dan retina mataku seolah-olah mengeluarkan bunga yang indah. Apakah ini yang namanya cinta? Pertannyaan yang tak pernah bisa ku jawab selalu muncul dalam otakku. Tak sedetikpun pikiranku berhenti memikirkan tersebut. Apakah Al merasakan hal yang sama? Ataukah cintaku bertepuk sebelah tangan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menghantui pikiranku sampai aku tertidur.
Paginya Al mengesampingkan egonya dan harga dirinya cowok untuk meminta nomor telepon padaku. Pada malamnya Aku hanya duduk dikursi belajarku sambil menunggu sms dari cowok yang sering Aku sebut pangeran. Bulu mataku naik turun tetapi Aku tetap gigih menunggu. "Mungkin hanya imajinasiku saja, kalau Al menaruh hati padaku." Kataku dalam hati. Setelah lama menunggu tiba tiba kotak kecil yang bernama handphone itu berdering "kring...kring...kring" ternyata penantianku tidak sia sia pesan yang masuk memang dari Al. Kami ngobrol via sms. Semenjak itu kami makin dekat dan akrab. Rupanya benih benih cinta diantara kami sudah dipupuk yang diharapkan nantinya akan menjadi bunga yang indah dan harum.
Keesokan harinya ketika aku masuk kelas terhadapat tulisan di papan tulis "I Love You Zenia" Aku tersentak melihatnya. Dan tiba-tiba datang seorang cowok dibelakangku yang ternyata Al.
“aku memiliki rasa yang lebih padamu dan hari-hariku berwarna jika itu didekatm dan hatiku telah tesekat dalam rangkaian cinta olehmu”
“iya..aku juga sama (nafasku tersengat-sengat, jatungkan bekerja dengan tidak stabil, kakiku yang sepertinya tak sangup menompangku, saat Al berkata seperti itu)” jawabku
Saat itu juga kami merajut cinta, dari sinyal asmara sms Al datang dan membuat jalinan cinta kami semakin dekat.
6 bulan berlalu, bulan-bulan yang sebelumnya telah kami lakukan dengan cara yang romantis, rasa cintaku tetap sama seperti dulu bahkan malah bertambah. Malam itu sunyi tiba-tiba menyingap, terjun kelembah bersaga, langit-langit kedap, suara Al saat itu hanya tingal terpantuk, Al mengeluarkan kata-kata dari mulut manisnya “ Aku ingin sendiri, sebaiknya kita seperti  dulu yakni berjalan sendiri-sendiri, karena rasa itu telah hilang, maafkan aku “ aku dikejutkan badai listrik, suasana tercelup dalam kelembapan, hujan menghampiri dan hujan masih setia menemaniku, hujan membuat semuannya kabur, padahal saat itu perasaan cintaku belum tercabut dari akarnya bahkan tidak mempunyai fikiran tentang itu, tapi apa perasaanku dengan perasaan Al telah berantonim tidak bersinonim lagi. Tangan mengapai-ngapai udara dan udarapun terasa menjauh dan saat Al mengeluarkan kata-kata yang keji itu seolah melihat menit yang mengerikan, menit yang akan aku tidak rasakan lagi, dan aku akan mencoba memformat menit mengerikan itu.
Dulu Al memilih setangkai bunga cantik yang dipetiknya dari segerombolan dan jenis-jenis yang lain, setelah Al memilih setangkai bunga itu, bunga itu meningalkan teman-temannya dan saudar-saudaranya hanya ikut majikanya. Bunga itu selalu disimpan dengan bagus, disirami setiap hari, diletakkan ditempat yang bersih, bahkan benda bening akan jatuh dari sudut retina matanya jika setangkai bunga itu hilang dihari pertama dimilikinya tapi saat bunga itu sudah lama dan layu. Setangkai bunga itu akan ditaruh disudut pojok tempat yang kotor. Sama halnya denganku, Aku dirawat dan diberi penuh kasih sayang oleh Al tapi saat hari-hari akhir, saat perasaan cintanya masih berundukan dalam hatinya, setangkai bunga itu akhirnya dilempar dengan penuh tenaga hingga akhirnya berdiam diri ditempat yang kotor. “dia yang telah memilih aku, dia juga yang membuangku, sunguh kejamnya dirimu majikanku" kata si bunga dalam hati. Begitulah kisahku, kini aku hanya bisa memandang Al, bahkan ketika ia mengenggam tangan wanita lain. "Memandangmu dengan sosok yang lain adalah rasa kerelaanku mencintaimu"
The End






Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN ABSTRAK BIDANG ARTIKEL

Ayah

Koala Kumal