Perjuangan Asep yang ingin sukses
Nama: Erva dwi cahyani
Kelas: XI AK2
Absen: 05
Perjuangan Asep
yang ingin sukses
Di pagi hari yang cerah ini, seperti biasa jalanan
macet dengan kendaraan baik kendaraan bermotor maupun kendaraan kelas atas,
semua orang tumpah ruah dijalanan berdesak desakan melawan macetnya jalanan
setiap pagi. Orang kantoran yang cepat cepat pergi menuju kantornya sebelum
terlambat, ibu-ibu yang bergegas mengantarkan anaknya ke sekolah sebelum bel
berbunyi.
Namun hal itu tidak bisa dirasakan oleh seorang anak
laki-laki yang bernama ASEP berumur 6 thn yang hanya bisa meihat dari jendela
rumahnya yang kumuh, kadang ia menangis kenapa dia tidak bisa sperti anak-anak
itu yang bisa merasakan senangnya pergi kesekolah dengan berpakaian rapi
mengenakan seragamnya.
“nak... sudahlah jangan dilihat lagi, nanti kamu
malah sedih” ujar seorang ibu separuh baya.
“bu.. Asep pengen ingin seperti mereka yang dapat
merasakan rasanya pergi sekolah! Asep pengen pintar bu..! Asep pengen sukses!”
ujar Asep sambil meneteskan airmatanya.
“iya ibu mengerti nak, ibu juga sebenarnya juga
ingin kamu bersekolah seperti mereka. Apa boleh buat nak kita makan sehari hari
aja masih susah.” Kata ibu Asep sambil mengusap air mata Asep .
Asep pun tidak bisa membenci ibu yang sudah
melahirkanya karena dia tidak bisa menyekolahkannya, Asep pun tidak bisa
menyalahkan ayahnya yang telah meninggalkan dia dan ibunya, dan yang terpenting
Asep tidak bisa menyalahkan takdirnya yang Asep bisa adalah membantu ibunya
mencari uang untuk makan sehari hari nya.
Asep terpaksa bekerja menjadi seorang pengamen cilik,
karena dia berfikir hal itu lebih baik daripada ia harus berdiam diri dirumah
atau menjadi pengemis ataupun mencuri. Memang susah hidup dijalanan, sangat
berat dan beresiko sekali untuk anak seusianya tapi apa boleh buat hanya itu
yang bisa ia lakukan “bu.. Asep pamit untuk bekerja sebelum siang tiba, dan
Asep mohon restu dari ibu agar kali ini Asep mendapatkan uang yang lebih dari
kemaren” pamit Asep kepada sang ibunda.
“ iya nak.. doa ibu merestuimu hati hati dijalan nak!”
setelah berpamitan dengan ibunya Asep segera mengambil kentrung dan sebuah buku
lalu ia segera menuju perempatan jalan untuk mengamen. Hanya kentrung dan buku
itulah yang mengerti perasaannya ,walaupun panas matahari membakar kulit Asep
maupun hujan deras yang membasahi tubuhnyayang rentan akan sakit ia tetap berjuang
untuk menyambung hidupnya. Ooh.. sungguh malang nasib Asep itu...
Berapa jam kemudian di sebuah perempatan jalan. Jam
jam segini biasanya memang masih lenggang, tapi Asep masih setia menunggu lampu
merah ditrotoar sambil membaca buku yang ia bawa dari rumah untuk menambah
wawasannya dia bertekad walaupun ia hanya seorang pengamen tapi ia ingin pintar
seperti anak-anak lain. Kadang ketika Asep bosan membaca ia segera memetik
senar kentrungnya untuk menghilangkan kesetresannya saat bekerja. Tiba-tiba hal
yang ditunggu tunggu Asep pun tiba, lampu jalan menunjukan warna merah yang
menunjukan bahwa kendaraan harus berhenti. Kesempatan ini tidak disia-siakan
oleh Asep. Diapun menghampiri satu persatu kendaraan serta menunjukan keindahan
suaranya dan kemahirannya bermain kentrung..”permisi pak” jreeng..jreeng..
“aku yang dulu bukanlah yang sekarang..dulu
ditendang sekarang ku di sayang..” cring.. uang receh pun masuk kekantong
plastik yang ia bawa untuk wadah hasil mengamennya “terima kasih pak” ujar Asep
kepada si pemberi koin. Karena sudah lama ia disana dan ia merasa tempat ibu
sudah sepi lalu ia memutuskan untuk meninggalkan tempat itu dan pergi mengamen
dari rumah kerumah saja. Disaat ia mengamen tiba tiba ada seorang lelaki yang
mendorong Asep dari belakang, seketika Asep pun jatuh ketanah.. “serahkan uang
yang ada di plastik itu!! Sebagai pajak karena kamu sudah berani ngamen
didaerah kekuasaan saya!!” ujar lelaki itu. “jangan bang.. jangan...sudah dari
pagi saya bekerja keras untuk mendapatkan uang ini, masa abang seenaknya
ngambil uang ini, nanti saya dan ibu saya mau makan apa ?” ujar ucup memelas.
“emang gua pikirin! Hidup dikota besar memang susah apalagi seperti kita orang
kecil.. siapa yang kuat dia yang menang!! Sudah berikan uangmu kalau tidak
nyawa taruhanmu” ancam lelaki itu sambil menodongkan pisau. Terpaksa dengan
berat hati Asep memberikan uang itu kepadanya, lalu lelaki itupergi, Asep pun
duduk meratapi nasibnya yang sia sia ia bekerja dari pagi tetapi ia tidak
merasakan hasilnya.
Air mata Asep pun tiba tiba jatuh dan ia pun
berdoa,”ya allah, kenapa abang abang itu jahat kepada Asep? Mengapa ia
mengambil uang Asep? Nanti Asep dan ibu makan apa ya allah? Ya allah kata ibu
allah itu baik maka tolonglah Asep ya allah agar nanti Asep dan ibu bisa makan
ya allah” karena senja hampir tiba setelah berdoa Asep pun pergi mengamen lagi
dan dengan sabar ia pergi dari mobil ke mobil yang berhenti, tiba tiba ketika
Asep sedang mengamen ada seorang bapak yang merasa kasihan terhadapnya melihat
anak kecil seusianya sudah bekerja mencari uang.
Ternyata bapak itu adalah seorang pengusaha kaya
raya, dengan ikhlas bapak itu memberikan bantuan uang kepada Asep untuk ia
bersekolah sampai sarjana dan bapak itupun mengangkat Asep menjadi anak angkat.
Asep dan ibunya sangat senang sekali sampai ia terharu, bersujud syukur karena
doanya selama ini dikabulkan oleh Allah, “ Allah sayang Asep, Asep sayang
Allah, terima kasih ya Allah telah mengkabulkan doa Asep selama ini ya Allah,
Allah memang baik telah menolong Asep dan ibu Asep, sekali lagi terima kasih ya
Allah!!” ucap Asep sambil menangis terharu.
Mereka pun hidup bahagia. Asep pun sekarang menjadi
anak yang sukses karena doanya dan perjuangannya yang ingin menjadi pintar dan
sukses itupun terkabulkan.
TAMAT.
Komentar
Posting Komentar