Perjuangan Anak Tukang Sayur Mendulang Juara
Nama
:Lilis Pauziyah
Kelas :XI-Akuntansi dua
Absen
:21
Perjuangan Anak Tukang
Sayur
Mendulang Juara
Namaku
Anisa Syifa,aku adalah siswa SMP Negeri 1 Bandung yang sekarang duduk dikelas
IX.Menggunakan jilbab putih yang menutupi wajah bundarku dan berkulit hitam
manis itulah ciri khasku.Dengan kepolosan dan keluguan yang selalu mewarnai
hari-hariku.Aku termasuk murid yang supel,rajin dan disayang teman .Dan aku terlahir dari seorang
penjual sayur keliling sebagai mata pencaharian pokok.Dari sanalah orangtuaku
bisa membiayai hidupku yang kembang kempis.Keluargaku hidup dibawah garis
kemiskinan,yang hanya sesekali bisa mengais rezeki.
Cidugaleun,adalah kampung kelahiranku.Berada disamping tepat pepohonan
bambu yang sangat lebat,yang terkadang ketika turun hujan disertai angin lebat
atap rumahku selalu terseret daun pohon bambu yang mengakibatkan rumahku bocor
dimana-mana.
Kokokan ayam
membangunkanku beserta keluargaku yang sedang terlelap tidur.Aku pun
bergegas ke “Pancuran” dibelakang rumah untuk berwudhu dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT,serta berdo’a semoga diberikan kemudahan dan kelancaran karena
akan menghadapi Ujian Nasional.Tak lupa ,aku selalu membaca buku-buku pelajaran
karena aku adalah “Kutu buku”.
Setelah
itu,aku pun pergi menyiapkan sarapan pagi untuk mutiara yang paling aku
kagumi,yaitu kedua orangtuaku.Sementara,mereka mempersiapkan sayur yang akan
dijual.
Setelah
sarapan pagi selesai,aku berkata kepada kedua orangtuaku:
“Ibu... Bapak...
Alhamdulillah ya kita masih diberi rezeki oleh Allah SWT”
“Ia
Nak,kita harus bersyukur kepada Allah, karena Dia-Lah yang telah memberi rezeki kepada keluarga
kecil kami ini.”Ujar Bapaknya
“Kita harus berterima kasih
kepada-Nya.Berdo’a dan beribadah itu harus.Walaupun yang namanya bersyukur dan
beribadah.”Lanjut Ibunya
“Iya,Bu... Pak... aku tidak akan lupa untuk beribadah kok.”Ujarku
Raja siang
memancarkan sinarnya dari ufuk timur,diiringi gemericik air yang turun dan
memetes disela-sela jemari akar pohon bambu yang yang berkumis menambah
semangatku bersama kawanku menuju lautan
ilmu.
Suatu
hari yang mendung kita menatap kelangit sembari berdo’a karena turun hujan tak
henti-henti ,disetrtai angin kencang ,kilatan petir menyilaukan mata.Itu terjadi semala
suntuk.Menjelang subuh,suasana sepi orang-orang enggan
keluar.Awan,kabut,memutih tak tembus pandang,suasana dingin mencekam,pori-pori
kulit berdiri merinding.Hatiku mulai gundah gulana karena hari ini Ujian Nasional akan
berlangsung.Bapakku pun ikut cemas ,dia mengurungkan niatnya untuk mengais
rezeki demi diriku.Sehingga ,aku diantar Bapakku dengan menggunakan sepeda
tuanya dan satu jas hujan seperti kelelawar,meskipun suasana alam tak
bersahabat aku dan ibuku terus melanjutkan perjalanan kesekolah.Waktu terus
berjalan jantung semakin berdetak Ujian
Nasional pertama membayang-bayangi wajahku.Dengan semangat pantang menyerah
diboncengkanlah aku kayuh demi kayuh roda sepeda dengan tangan bergetar
memegang setir.
Bapaknya
berkata”Nak,Pegang erat-erat pundak bapak.”
Aku
“Iya,Pak.Aku berdo’a semoga kita diselamatkan .”
Ketika
,angin berhembus dengan kencang aku selalubergumam membacakan asma Allah.
Perjuangan
berat terasa ringan ,itulah keluhan yang keluar dari Bapakku ketika melewati jalan menanjak
keatas.Perjalanan masih cukup jauh dan hati kecilku berbicara:
“Ah...
Jangan-jangan aku kesiangan.”
Hati gelisah,jantungku semakin
berdebar-debar.Pikiranku seolah-olah sudah duduk dikursi menghadap soal Bahasa
Indonesia yang diUjiankan.
“Nak...
sudah sampai Nak?” Tegur Bapakku
Ternyata,Pak satpam begitu ramah menyapa dan pengawas pun mempersilahkan
masuk.Aku pun memasuki ruangan dan siap melaksanakan Ujian Nasional.Aku mulai
mengerjakan soal dengan baik dan memperhatikan apa yang salah dari
jawabanku.Aku tak menyangka soal yang diujiankan sudah kupelajari sebelumnya.
Seperti biasanya,sepulang
sekolah aku selalu membantu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu,melipat
baju,mencuci piring dan juga memasak.Waktu pun semakin sore,semua pekerjaan
rumah telah selesai aku pun bergegas mandi dan setelah melaksanakan sholat
ashar.
Disetiap
hari-hariku aku selaku berdo’a agar aku lulus dengan nilai yang sangat memuaskan dan
dapat melnjutkan sekolahku ke SMA yang
aku inginkan,itu impianku.
Tak
lupa,aku juga selalu mendoakan orangtuaku agar mereka senantiasa dalam keadaan
sehat.Waktyu bergulir sangat cepat,tak terasa pengumuman kelulusan telah
tiba.Aku merasa tegang,deg-degan,keringat dingin dibadanku,gemeteran sekujur
tubuhku,karena menunggu hasil kelulusan.Dan ketika aku melihat
hasilnya,Subhanallah... nilaiku menjulanh diatas bintang.Disamping itu ,aku
dinobatkan sebagai siswi terbaik di SMP
ku.
Aku pun
segera pulang membawa kabar bahagia itu untuk Ibu dan Bapakku.Aku sangat senang
,aku telah berhasil menghadapi ujian dengan lancar.Walau kadang Ujian dari
Allah terus menghadang,tetapi aku selalu sabar dan ikhlas.Sesampainya dirumah
aku berteriak
“Ibu...
Bapak... aku lulus.”Sambil keluar air mata yang mengalir dan membanjir aku
langsung menghampiri Ibu dan Bapak ke dapur.Kedua orangtuaku kaget melihat aku menangis.Aku pun langsung
merangkul Ibu dan Bapak dengan penuh air mata kebahagiaan.
“Ibu...
Bapak... Alhamdulillah aku lulus.” Ujarku
“Iya,Ibu
dan Bapak senang mendengarnya.”Jawab Ibuku
“Iya,usahaku selama ini tidak sia-sia.”Ujarku
“Iya
Nak,kamu bangun setiap pagi ,puasa,pasti kamu mempunyai maksud.Allah mendengarkan doamu Nak.”Ujar Bapakku
“Iya
Bu...Pak,aku sangat bersyukur dan senang sekali.” Ujarku
Setelah
lulus,kini aku melangkah melanjutkan pendidikanku ke SMA.Berkat ketekunan,keuletan dan semangat
yang diperjuangkan.Akhirnya aku melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih
tinggi.Dengan hati yang senang aku diterima di SMA Negeri 1 Bandung.
Memang perjuangan bukan hanya
persoalan berkorban jiwa dan raga untuk impian visi yang hendak dicapai.Dan
yakinlah Allah SWT pasti menjaga hamba-hambanya yang memiliki kemauan keras
untuk hidup.
Tamat
Komentar
Posting Komentar