KEPERGIAN AYAHKU YANG TAK KUSANGKA

KEPERGIAN AYAHKU YANG TAK KUSANGKA

Sinta, ayah ingin kamu suatu saat bisa menjadi orang berhasil, selalu bersyukur pada Allah, dan selalu mengingat kami orangtuamu.
  Kata-kata itulah yang selalu aku ingat sebelum ayah pergi meninggalkan aku dan keluargaku. Berhari-hari aku hanya merenung dalam kesedihan, mengurung dikamar, dan tidak mau berbicara dengan siapapun. Kenyataanya ayah sudah pergi menghadap allah disurga, bahkan untuk makan sesuap nasi pun mulut ini tersa hampar.
   Namaku sinta eka putri wijaya lahir disurabaya pada tahun 2000. Aku lahir dari pasangan alm. Alfian wijaya dan rosita novieka putri. Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara, adik pertamaku alexsander putra wijaya. Adik bungsuku cindy yuanita wijaya. Secara finansial kehidupanku cukup sederhana.
   Orang tuaku selalu mengajarkan kami anak-anaknya belajar dan bekerja keras untuk mencapai suatu tujuan aku termasuk seorang anak perempuan yang pendiam, merasa sulit bergaul dengan orang lain. Aku jarang menceritakan perasaanku, keinginan, dan harapankan aku kepada orang lain. Akibatnya aku kurang dikenal oleh teman sepergaulanku. Hal ini membuatku mendapat sedikit pelajaran karena aku tidak sepenuhnya bisa diterima oleh masyarakat dan hanya mendapat sedikit dukungan dengan ketertutupan diriku.
    Aku juga bisa dikatakan anak yang mandiri karena dari SMP sampai SMA ayah menempatkan aku diasrama dan didik secara ketat. Ayahku menyukai didikan yang seperti itu ayahku tidak suka kalau anak perempuannya panjang kaki atau sering berkeliaran kesana kemari. Sehingga aku pun menjadi anak patuh dan tidak suka pergi kemana pun yang menurutku itu ribut.
     Ayahku sudah sakit-sakitan sejak aku SD. Ayahku juga pernah hampir meninggal dikarenakan penyakit asam urat dan stroke ringan yang beliau derita. Mamahku pun selalu berusaha keras untuk mencari biaya untuk pengobatan ayah termasuk meminjam uang dari nenekku. Tidak terasa aku sudah lulus SMP dan akan melanjutkan kebangku SMA. Akan tetapi, ketika ingin mendaftar ke bangku SMA aku tidak punya uang sepeserpun untuk digunakan
  Aku takut meminta uang kepada mamaku karena waktu itu bertepatan dengan hari ayahku akan dioprasi. Uang kami habis untuk pengobatan operasi ayahku. Mau tidak mau aku harus menelpon mamaku dari wartel dekat asramaku. "Nak mamah udah gak punya uang lagi coba sekarang kamu pulang kerumah dan minta uang sama om dikedai". Itulah yang dikatakan mamaku. Aku pun segera pulang kerumah.
   Sesampainya dirumah aku bertemu dengan adik-adikku yang dirawat oleh neneku. Aku mengajak alex untuk menemaniku ke kedai untuk meminjam uang ke tempat om dikedai. Alhamdulilah aku mendapatkan uang untuk bisa mendaftar kebangku SMA. mamaku memberi tahu aku juga bahwa operasi ayahku berjalan dengan lancar. Aku pun turut bersuka cita. Setelah beberapa bulan berlalu penyakit ayahku kambuh lagi. aku hanya bisa berdoa agar allah mengangkat penyakit ayahku. Aku sangat menyayangi ayahku.
   Setiap aku shalat pasti kan ku doakan ayahku agar diangkat penyakitnya dan cepet sembuh. Aku selalu menangis setiap mengucao doa tentang ayahku. Aku sangat menyukai hari sabtu karena menurutku hari sabtu itu lebih menyenangkan. Aku bisa rileks sejenak dari semua tugas sekolah. Tetapi, semua itu terasa hampa ketika orang yang kita cintai dan sayangi pergi dihari yang sangat kita senangi
   Sabtu, 28 November 2015. Aku hendak berangkat sekolah, tetapi suster asramaku meminta aku untuk tidak pergi kesekolah. Suster asramaku meminta aku untuk menemani ia kesuatu tempat. Aku mengatakan kalau aku harus sekolah karena ada ulangan b. Inggris. Akhirnya aku pun mengikuti permintaan suster asramaku dan kembali berganti pakaian. Tiba-tiba aku teringat dengan ayah. Aku betfirasat bahwa suster akan menggajakku dirumah sakit untuk menjenguk ayah. Aku pun meneteskan air mata.
   Dalam hatiku pun berkata"pasti penyakit ayahku kambuh lebih parah lagi". Aku sudah curiga kalau suster menyembuyikan sesuatu dariku tetapi aku belum sadar juga jika hal itu tentang ayahku. Kakak kelasku menenangkanku yang sudah menangis teringat ayahku. Aku mengikuti kakak kelasku dan suster kedepan pintu gerbang sekolahan. Disana sudah ada mobil didalam mobil itu aku terkejut, mengapa ada beberapa temen sekelasku, wali kelas dan ketua osis.
   Aku semakin tak kuasa membendung air mata, aku dihibur teman-temanku tetapi aku tetap saja tidak bisa tertawa bahkan tersenyum sedikitpun. Dalam hidupku tidak pernah terpikirkan bahwa ayah akan pergi meninggalkanku dan keluarga untuk selamanya. Selama berada didalam mobil aku hanya mengira bahwa ayahku hanya sakit parah dan sedang kambuh sehingga beliau menyuruhku pulang dengan melalui perantara suster.
   Betapa terkejutnya aku ketika melihat banyak orang berada didepan rumahku dan aku heran mengapa banyak suara tangisan dari dalam rumahku. Aku hampir pingsan melihat keadaan ayahku yang sudah tidak bernyawa lagi. Aku hanya bisa menangis menangis dan menangis melihat kepergiaan ayahku. Aku tidak percaya kalau ayahku benar benar sudah tiada. Padahal jumat malam aku masih bercerita tentang ayahku kepada teman-temanku. Tetapi, apa yang kudapat sesampainya dirumah ayahku sudah pergi.
   Semenjak kepergian ayahku itu, aku semakin menutup diri baik-baik dari dalam keluargaku maupun dari lingkungan. Aku hanya berbicara seperlunya saja, teman-temanku merasa simpati dengan keadaanku yang sekarang. Keluarga dan teman-temanku selalu berusaha menghiburku. Mereka mengatakan kepergian ayahku itu adalah jalan terbaik yang allah berikan. "Dalam segala sesuatu baik senang maupun sedih, allah mesti punya rencana indah dibaliknya". Dengan mengucaokan kata-kata itulah mereka menghiburku.
   Setelah sekian lama aku semakin jauh dari teman-temanku, aku selalu menyalahkan allah, tidak bisa menerima kenyataan dan hilang harapan. AKU pun berintropeksi diri sendiri aku sadar bahwa yang aku lakukan adalah hal yang salah.

   Aku jarang bersyukur pada allah atas semua karunia yang udah dia berikan untukku. Aku selalu sibuk dengan diriku sendiri dan tidak mempedulikan orang lain sekalipun itu keluargaku sendiri. Aku sadar bahwa aku benar-benar orang yang jahat. Merenungkan hal itu aku pun menangis secara perlahan -lahan aku pun berubah dan mau menerima kenyataan yang ada dan mulai bersyukur atas apa yang tuhan berikan tanpa aku minta. Mengenai ketertutupan diriku aku salah aku berusaha untuk merubah diri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN ABSTRAK BIDANG ARTIKEL

Ayah

Koala Kumal