24 NOVEMBER
24 NOVEMBER 16:00
Kepergian mungkin memang menyakitkan, tapi terkadang harus dilakukan untuk membiarkan kebahagiaan datang. Aku seorang cewek sederhana yang menginginkan cinta dan kasih sayang yang sedarhana pula. Seiring berjalannya waktu aku yang pernah terluka oleh masalalu yang beu pahit untuk dikenang, mungkin setelah kejadian itu aku akan tidak akan pernahbisa menerima seseorang lelaki di hatiku lagi. Dan aku hanya bisa menahan keluh pedih di dlam hati, sampai seorang temanku memperkenalkan ku dengan seorang laki-laki. Bagiku itu hanya biasa, yang ku pikirkan semua laki-laki itu sama. Laki-laki itu meminta pin bbm ku lewat akun instagramnya. Dari situlah kami memulai membuka obrolan.
“mbak?” sapa laki-laki itu dalam obrolan.
“iya. Siapa? Kenal ta?” jawabku padahal ku tau dia laki-laki yang di kenalkan oleh temanku. Kami terus berbincang-bincang dalam obrolan, entah apa yang memasuki diriku. Aku begitu nyaman dengan dia, tawa candanya yang menarik hatiku untuk ingin selalu membalas semua pesannya.
Pagi yang indah kujalani dengan kosongnya hati, tetapi entah kenapa aku begitu bersemangat menjalani hari ini. Kujalani pelajaran sekolah hingga bel istirahat berbunyi. Semua murid sibuk mondar mandir membeli jajanan di kantin, tidak halnya denganku yang menunggu sebuah pesan dari seorang laki-laki itu.
“PING!!!..” aku memulai chat BBM, tetapi hanya ceklis yang kudapatkan. Aku terus menerus menunggunya, rasa kesal mulai menghampiri hati kembali. Dan aku berpikir kembali “sudah ku tebak, semua laki-laki itu sama saja hanya bisa memberikan harapan palsu”
Malam yang dingin membuatku ingin cepat sekali tidur tapi hp ku berbunyi, ternyata ada BBM masuk dan ku pikir itu hanya spam dari teman-teman yang mempromosikan pin BBM temannya. Dan ternyata dugaanku salah besar. M Wahyu Indra Sarmejji, ia sering ku panggil Mejji. Mejji adalah seorang laki-laki yang dikenalkan temanku Reza yang memberikan ku pesan di BBM itu.
“PING!!!.. Sudah tidur ya? Ndun?” pesan BBM masuk.
“Belum” Jawabku dengan angat malas.
“Maaf hari ini aku tidak kasih kabar ke kamu, aku sibuk aku sampai lupa aktifin hp ku”. Dia menjelaskan semuanya kepadaku.
“Ya”. Jawabku jutek. Kebiasaan ku jika sudah bete hanya bisa menjawab seadanya.
“Besok kamu pulang jam berapa? Sama siapa?”. Mejji seolah-olah tak ingin chat ini berakhir begitu saja.
“Jam 14:00 pulang sendiri”. Jawabku singkat.
“Kalau boleh aku ingin bertemu dengan kamu, apa kamu nanti bisa?”. Pintanya.
“Sudahlah urusi saja kesibukanmu saat ini, jangan memikirkan ku, nanti ada yang marah”. Jawabku dengan rasa aneh.
“Siapa?” obrolan pun terputus di malam hari. Karena aku ingin cepat sekali tidur dan tak ingin hati ku terluka untuk ke beberapa kalinya.
Keesokan harinya waktu istirahat di kelas, aku pun membalas chat yang tadi malam sempat terputus karena ku tinggal tidur.
“Pacarmu”. Jawabku.
“Pacar? Pacarmu mungkin!” jawab dari Mejji.
“Nanti bisa kan bertemu, ku tunggu di GOR pulang sekolah Ndun?” Mejji mengirimkan pesan lagi.
“oke!” jawabku dengan singkat.
“Walaupun nanti hujan aku tetap menunggumu disana, aku nanti pakai motor Vespa berwarna kuning”. Balas Mejji.
“Tteettt.....” bel bunyi tandanya pelajaran sekolah hari ini telah selesai, aku merapikan buku-buku ke dalam tas dan bergegas untuk pulang. Aku pun tidak langsung pulang ke rumah, aku mampir dulu ke GOR untuk menemui Mejji terlebih dahulu.
“Kamu dimana? Aku sudah sampai”. Tanyaku ke Mejji lewat via BBM
“Aku di depan GOR, bersama tiga temanku memakai motor Vespa warna kuning Ndun”. Balasan dari Mejji.
Kemudian aku menghampirinya dengan muka yang agak malu.aku memarkir motor, kemudian aku duduk di sampingnya. Sedangkan tiga temannya sibuk mencoba motor Vespa kuning milik Mejji.
Aku terlihat sudah akrab sekali dengan Mejjji. Entah mengapa hati ku kembali merasakan getaran amat kencang sekali. Entah apa yang aku pikirkan, aku terlihat seperti orang yang sedang melamun.
“Ndun, Kamu kenapa?” Sapanya sambil memegang tangan kiriku.
“Iya”. Jawabku dengan nada kaget.
“Ngak! Ngak ada apa-apa ji”. Dan aku menjawab lagi.
Mejji terus memegang erat tangan kedua tanganku.
‘Ndun? Aku boleh ngomong sesuatu kepadamu?” tanya Mejji.
“Iya ngomong aja”. Jawabku.
“Ndun?”. Mejji memanggilku dengan nada rendah.
“Iya ji”. Jawabku.
“Aku sayang banget sama kamu, apa kamu juga sayang sama aku Ndun. Apakah kamu mau menjadi pacarku?”. Mejji berterus terang menyatakan cintanya kepadaku.
Aku pun kaget dan terdiam mendengarnya. Aku bingung mau jawab apa, aku kehabisan kata-kata. Setelah aku pikir-pikir aku juga suka dengannya nyaman berada di dekatnya mungkin gak salah kalu aku menerimanya.
“Emmm.. aku juga sayang sama kamu. Iya aku mau menjadi pacar kamu”. Aku menjawab dengan sangat bahagia. Akhirnya aku dan Mejji menjadi sepasang kekasih yang bahagia, sampai saat ini pun tetap menjadi pasangan yang apa adanya menerima semua kekurangan yang ada dalam diri mereka masing-masing. semoga dia menjadi seseorang yang selalu ada di dekat ku walaupun sifatku membosankan.
Komentar
Posting Komentar