HUJAN

Hujan

Hujan, rintikan air yang jatuh dari langit ke bumi. Hujan adalah rezeki dari Tuhan. Banyak orang yang berharap kepada Tuhan untuk menurunkan hujan supaya hasil panennya baik. Tetapi setelah hujan turun banyak orang yang mengeluh dengan keadaan ini. Sama seperti halnya dengan ku.
Pagi itu aku menjalani rutinitasku seperti biasa, bangun pagi kemudian persiapan berangkat ke sekolah. Hari ini aku berangkat sekolah lebih pagi karena harus ada tugas osis yang harus aku lakukan. Padahal hari ini tas punggungku sangat berat karena aku membawa laptop untuk mengerjakan tugas setelah pulang sekolah. Tetapi pagi ini aku berangkat sekolah ditemani rintikan hujan yang turun dan harus tetap bersabar menunggu antrian untuk naik perahu agar bisa menyebrangi arus sungai bengawan hingga sampai di sekolah. Sebenarnya aku tidak terbiasa seperti ini karena biasanya aku berangkat sekolah dengan sepeda motor beat merahku dalam suasana yang cerah dan tidak takut terpeleset saat naik perahu , cuaca kali ini beda dengan biasanya. Aku takut terpeleset saat naik perahu. Tetapi beruntung sekali aku tidak terjatuh karena jalanan tidak terlalu licin. Hingga selamat sampai disekolah.Ternyata Aku sampai di sekolah masih sangat pagi dan hanya beberapa orang yang baru datang.
 Kriiingg kriinggg bel sekolah berbunyi. Hari ini jadwal pelajaran di kelasku adalah perusahaan dagang. Mata pelajaran yang membutuhkan ketelitian yang luar biasa hingga balance. Ternyata guru yang mengajar masih ada acara dan akhirnya jam kosong selama dua jam. Mungkin karena hari ini adalah Peringatan Haari PGRI biasa disebut Hari Guru.
Aku mulai bosan karena tak ada pekerjaan yang aku lakukan dan teman-teman sibuk menonton film korea yang terbaru. Sebenarnya aku ingin menyelesaikan tugas membuat cerpen, tetapi aku juga malas. Hingga aku menghabiskan jam kosong ini dengan pergi ke perpustakaan.
Bip bip handphone ku berbunyi. Ternyata ada pesan dari teman sekelasku ternyata bapak guru sudah dating dan akan mengadakan ulangan harian. Aku langsung tergesa-gesa kembali ke kelas. Saat aku sampai dikelas semua teman-teman ku santai dan ternyata tidak jadi ulangan. "Huft" jawabku dengan kesal.
Pak guru hanya membagikan pekerjaan minggu kemaren dan disuruh untuk memperbaiki. Waktu jam pelajaran hanya tersisa dua jam pelajaran daan itu pun hanya di isi dengan cerita saja.
Kriiing kriing, bel pulang berbunyi. Setelah berdoa aku pun langsung menuju ke parkir untuk mengambil sepeda dan segera pulang ke rumah saudara sepupu ku. Aku ingin mengerjakan tugas dan makan siang disana karena uang saku ku yang sudah habis dan perut mulai keroncongan.
Hanya lima belas menit perjalanan dari sekolah menuju kerumah saudara sepupuku. Aku langsung mengeluarkan laptop dan mulai mengerjakan tugas membuat cerpen. Setelah kurasa sudah selesai, aku makan siang. Tak beberapa lama ada panggilan masuk di handphone ku. Ternyata ada panggilan dari ketua osis untuk kembali ke sekolah karena harus ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Aku pun kembali melewati jalan yang sama hingga sampai ke sekolah. Selama tiga jam saya berada di sekolah menyelesaikan acara untuk hari guru.
 Matahari mulai tidak terlihat dan saya berkemas-kemas untuk pulang. Dan sesampainya dirumah sudah ada ibuku yang menungguku didepan pintu. Setelah aku mengucapkan salam aku baru ingat bahwa aku disuruh pulang lebih awal dan mengantarkan ibu ke rumah nenek. Ibuku sudah berdandan cantik dan siap untuk berangkat. Ibu langsung menyuruhku untuk makan dulu, tetapi aku tak ingin membuat ibu menunggu lebih lama lagi. Aku hanya mencuci kaki dan sholat ashar. Setelah itu langsung berangkat ke rumah nenek dan masih berseragam hanya pakaian atas yang ganti. Sebenarnya aku merasa sangat capek tapi tak apalah, menyenangkan seorang ibu adalah pahala.
Ternyata alasan ibu kerumah nenek adalah untuk menjenguk temannya. aku pun hanya mengikutinya saja. Aku malas sekali karena biasanya ibu itu bicara sangat lama apalagi ini dengan temannya. Tapi untunglah karena sudah sore ibu cepat pulang.
Hanya beberapa menit berada di rumah nenek. Tak tak tak, suara air jatuh di atas atap. aku dan ibu segera untuk pulang saat keluar rumah hujan semakin deras ditambah angin kencang. Dan akhirnya aku tidak jadi pulang. Ibu sangat gelisah karena sudah berjanji akan cepat pulang dan tugasku yang banyak belum selesai semua.
Dirumah nenek hanya ada aku dan ibu disaat hujan deras seperti ini. Tiba-tiba listriknya padam, aku semakin gelisah karena perut lapar, tugas banyak, hp lowbat, dan ditambah lagi dinginnya malam saat hujan. Aku ingin mengatakan bahwa aku lapar tapi aku takut ketika listrik padam ibu tidak mau membuatkan makanan karena di rumah nenek tidak ada makanan bahkan nasi sebutir pun tidak ada. Perutku tambah lapar dan aku mencoba berani untuk membuat makanan disaat listrik padam. Tetapi untunglah ibuku adalah orang yang perhatian dan menyuruhku untuk duduk dan ibu yang membuatkan makanan untukku. Tanpa aku sadari aku tertidur di kasur lantai lalu ibu membangunkanku karena mie instan yang dibuat oleh ibu sudah siap. Mie instan panas di satu piring dimakan oleh aku dan ibu di dalam kegelapan yang hanya diterangi oleh cahaya satu senter kecil. Makanan yang sederhana rasanya sangat istimewa, mungkin karena rasa lapar dan suasana kebersamaan seorang anak dan ibu. Setelah satu piring mie instan habis ibu melanjutkan mengupas mangga dan kami mulai memakannya dengan suasana yang sama. Malam ini begitu sangat spesial dengan kebersamaan seorang anak perempuan dan ibu dalam satu rumah dengan cuaca hujan yang sangat deras. Setelah makan, ibu ikut tidur disampingku membicarakan beberapa hal tentangku dan berharap listrik segera menyala agar kami bisa pulang.
Tak beberapa lama kemudian listrik menyala aku langsung mengajak ibuku untuk segera pulang karena aku masih memikirkan tugasku yang belum selesai. Setelah aku nengeluarkan sepeda motor hujan mulai deras kembali. Ibu ku juga binggung karena melihat aku yang kebinggungan belum mengerjakan tugas. Hp ku mati dan itu menambah kebingungganku. Ibu ku memberiku usul untuk mengisi daya hp ku dulu tapi aku juga lupa tak membawa charger karena tadi aku terburu-buru. Ibu menyuruh untuk meminjam charger di rumah bude tapi hujan masih sangat deras. Aku dideparumah dengan rasa gelisah dan kebingunggan diantara air hujan.
Kemudian ibu ku keluar dari rumah membawa payung kecil dan langsung mengajakku ke rumah bude. Di jalanan yang sepi tak ada seorang pun yang lewat, aku dan ibu ku berjalan saling berdampingan agar tidak kehujanan karena kami hanya membawa satu payung kecil yang dibawa ibuku. Aku merasa bahwa malam itu hanya milik aku dan ibu ku karena jalanan hanya dilewati kami berdua sangat sepi, hujan dan angin hanya kami yang berani menerobos. Pintu rumah semua tetangga sudah di tutup. Sampai di rumah bude aku langsung mencoba charger miliknya dan hp ku mulai mengisi daya. Aku lumayan senang satu masalah terselesaikan. Setelah ibu ku mengobrol sebentar aku langsung mengajaknya pulang. Kami pun melewati jalanan sepi kembali yang hanya ditemani oleh suara hujan yang deras. Dalam perjalanan pulang ibu ku berbicara banyak hal seperti hujan, rahmat, dan bersyukur. Sampai di rumah aku langsung mengerjakan sebagian tugasku. Sebelum tugasku belum selesai ternyata aku sudah tertidur lelap. Tengah malam aku terbangun karena banyak nyamuk di rumah nenekku tapi anehnya aku sudah memakai selimut padahal sebelum tidur aku masih duduk membawa hp kecil ku. Mungkin ibu malaikatku yang berusaha membut tidurku malam ini supaya nyenyak. Setelah itu aku tidak bisa tertidur dan aku melihat wajah ibu ku yang sudah mulai keriput karena lelah tetapi tetap berjiwa muda dan tegar.
Dan Aku berpikir apa yang dikatakan Ibu ku memang benar tentang hujan, rahmat dan bersyukur. Hujan malam ini adalah rahmat bagi semua orang termasuk aku, dengan turunnya hujan kali ini aku dan ibu ku semakin tak bisa dipisahkan dan rahmat kedua yang diberikan Tuhan adalah kesehatan yang Dia beri kepada ibuku hingga bisa mendampingiku hingga malam ini. Ibu adalah malaikat tanpa sayap yang diberikan Tuhan untukku. Dan aku harus bersyukur kepada Tuhan atas rahmat yang diberikan untukku. Tuhan menakdirkan aku keluar dari rahim seorang perempuan yang sangat istimewa hingga ku sebut ibu. Aku berjanji padamu ibu aku akan membahagiakan mu dengan caraku sendiri dan tak akan kubiarkan air mata mu jatuh karena kenakalanku. Aku hanya menginginkan air mata itu jatuh sebagai tanda kebahagiaanmu memiliku. Dan tak lama kemudian lamunanku memudar dan aku pun tertidur kembali.



Nama : Nur Qomariyah

Kelas : XI Akuntansi 3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN ABSTRAK BIDANG ARTIKEL

Ayah

Koala Kumal