Hidup Butuh Perjuangan
Hidup Butuh Perjuangan
Namaku Rohmatin Luthfia Fitriani biasa dipanggil Fia oleh
ayah dan ibuku. Kini aku berusia 16 tahun. Aku tinggal di Dusun yang sangat
jauh dari keramaian Dusun sepi itulah namanya sangat persis seperti namanya
karena memang sepi sekali. Penduduknya pun hanya terdiri dari dua puluh kepala
keluarga. Ayah ibuku adalah seorang petani tapi lebih tepatnya buruh tani.
Biasanya ayah mengambil upah dari menanam padi dan panen padi. Sedangkan ibuku
cuma ibu rumah tangga biasa yang kadang kala sebagai jasa tukang cuci baju
tetangga. Walaupun begitu tidak membuat aku merasa malu sedikitpun, aku yakin
Allah Maha Adil dan aku yakin suatu saat nanti dia akan memberikanku yang
terbaik. Amin. Keadaan ekonomi tak membuatku surut tuk berprestasi dan bergerak
maju. Aku memang selalu juara dan aaklhamdulilah berkat usahaku akhirnya aku
masuk ke sekolah favorit dikotaku.
Setiap pagi sebelum sang Fajar tersenyum padaku, aku lebih
dulu menanti senyumannya itu diperjalanan menuju sekolah karena sekolah tempat
aku menimba ilmu lumayan jauh. Yah itung-itung olahraga pagi, Allah memang
memberikan kita tubuh yang sempurna namun kalau kita tidak menjaganya agar
tetap sehat kita pasti yang akan rugi karna itu aku tidak akan menyia-nyiakan
waktuku.
Aku berangkat selesai membantu ibuku sambil mencium kedua
tangan orang tuaku tercinta segera kulangkahkan kaki menuju sekolah. Satu hal
yang selalu membuatku sedih ketika berangkat sekolah, ibuku, Ya ibuku selalu
saja menangis aku tau kenapa... Tapi semua itu tak membuatku menyerah karena
itu sebagian dari motivasiku untuk terus maju "aku ingin melihat kalian
tersenyum" gumamku pada diri sendiri sambil menitihkan air mata. Baiklah
aku akan belajar lebih rajin agar aku bisa melihat kalian tersenyum lagi tekadku
sudah bulat batinku. Akhirnya aku siap berangkat dengan pakaian rapi, dengan
semangat yang semakin menyala dihati kecilku, semangat yang selalu ku
pertahankan walau apapun yang terjadi nanti.
Disekolah seperti biasa pendiam tapi tidak ketika pelajaran
berlangsung selalu ramai karna ulahku, aku tergolong siswa yang cerdas dan
aktif. Semua guru dan bahkan siswa selain teman kelas mengenalku, guru adalah
tauladanku disekolah tentunya aku menghormati mereka karena sudah seharusnya
aku membangun semua itu, tidak hanya dirumah saja dimanapun aku berada semoga
aku tetap istiqomah ya tuhan kata hati kecilku. Tentunya tauladan yang paling
utama dalam hidupku adalah Nabiku tercinta Nabi Muhammad SAW beliau adalah
panutan setiap muslim didunia ini.
Pulang sekolah membantu ibu mencuci baju-baju tetangga.
"Fia istirahat saja dulu, biar ibu yang mencuci saja
nak" kata ibu ketika melihatku sudah duduk didekatnya.
"Tidak bu, ibu istirahat saja. Fia saja yang
menyelesaikan bu" kataku tak mau melihat ibu kecapekan
"Baiklah kita kerjakan bersama biar cepat
selesainya"
"Baiklah, bu". kataku lagi
Ibu selalu mengajarkan ku kesabaran dan ketabahan tentang
hidup ini. Ayah adalah sosok pemimpin yang tanggung jawab dan bijaksana tidak
pernah ku lihat dia membentak ibu. Ibu selalu diperlakukan sebagai ratunya dan
Ayah sebagai rajanya. Mereka begitu tegar. Mereka yakin dengan sang Maha Kuasa
selalu mencintai mereka segala macam ujian cobaan yang mereka hadapi adalah
bukti kecintaan penciptaNYA.
Waktu mulai larut malam segeralah aku pergi kekamar tidur,
agar besok tidak kesiangan dalam berangkat sekolah. Ternyata sekarang sudah
pukul 04.30 bergegas saya bangun dan mengambil air wudhu untuk menjalankan
ibadah sholat subuh. Ibu mengajariku menjalankan sholat lima waktu, karena itu
wajib bagi semua umat muslim didunia. Tak lupa aku untuk selalu mendoakan orang
tua, karena tanpa orang itu kita tidak akan bisa hidup didunia ini.
Dan sekarang menunjukkan pukul 05.30 aku segera mengambil
handuk dan bergegas untuk mandi. Setelah mandi aku memakai seragam sekolah dan
selesainya itu aku makan pagi, agar tambah semangat dalam menimba ilmu nanti.
Kemudian aku segera berangkat sekolah dengan penuh semangat yang menyala, tak
lupa aku mencium kedua tangan orang tuaku.
Dan ibu berkata "sekolah yang rajin ya nak"
"Iya bu, pasti" jawabku dengan semangat.
Ditengah perjalan aku melihat seorang nenek yang tidak bisa
menyebrang. Ibu mengajariku untuk tolong menolong, lalu aku mendekati nenek itu
dan me nya brangkasnya.
"Terimakasih ya nak" kata nenek itu.
"Iya nek sama-sama" kataku.
Segera aku melanjutkan perjalanan ke sekolah. Dan pada
pukul 06.30 aku tiba disekolah segera ku memasuki ruang kelasku dengan menaroh
tas yang ku bawa ini. Pelajaran pertama hari ini adalah bahasa Indonesia,
pelajaran ini sangat aku sukai. Karena kita orang Indonesia harus mempelajari
dan memahami bahasa Indonesia.
Bel masuk akhirnya berbunyi segera aku mempersiapkan diri
untuk berdoa dan mengikuti pelajaran. Beberapa jam kemudian pelajaran-pelajaran
sudah aku lewati dan bergegas pulang keruma itu membantu ibu mencuci baju
tetangga
Hidup ini membutuhkan perjuangan, tanpa perjuangan mungkin
kita tidak akan bisa sukses dikemudian hari. Jadi hidup ini harus selalu
berjuang, berdoa, berikhtiar kepada Allah Sang Maha Kuasa, dan tak lupa selalu
meminta restu dari orang tua. Tanpa orang tua mungkin kita tidak akan seperti
ini mempunyai semangat yang kuat, mempunyai tekad yang bulat untuk mencapai
masa depan yang lebih cerah. Orang tua adalah segalanya bagiku.
Komentar
Posting Komentar