Begitu Cepat Pergi
Begitu
Cepat Pergi
Tak ku abaikan semua orang. Aku harus berlari menuju
sekolah. Bel sudah berbunyi saat aku turun dari mobil yang hanya mengantarku
sampai ke persimpangan sekolah. Nyaris aku datang terlambat karena
terbangun kesiangan. Pas pada waktunya aku berbaris. Memang ini bukan hal aneh
bagiku.Karena aku selalu mengalami kejadian ini. Sangat sering aku terlambat
dan nyaris mendapat hukuman. Setelah apel pagi usai, aku pergi ke kelas bersama
temanku. Aku pun mengikuti pelajaran. Dari pagi sampai pulang sekolah semua seperti
biasa saja. Tak ada yang begitu istimewa.
Aku pulang dengan perasaan lelah. Tak ingin kulakukan
apapun. Aku hanya ingin mengistirahatkan tubuhku ini. Baru beberapa menit aku
membaringkan tubuhku, Hp ku bergetar ada panggilan masuk. Aku tak ingin mengangkatnya.
Aku tak ingin beranjak dari tempat tidurku. Ku biarkan dia bergetar lama. Tapi
ia terus bergetar tanpa henti. Dengan amarah ku angkat Hp ku. “HALO !?’ nada ku
tinggi menjawab. “kakaaakk .. apa kabar kakak ? ” dengan irama senang si
penelepon menjawab. Kakak ? siapa ini? Lalu aku melihat HP ku. Ternyata adik
sepupu yang paling ku sayangi menelepon dari bangka belitung. Sentak amarah dan
rasa lelah ku pun berubah menjadi perasaan gembira seketika. Sudah lama aku tak
berbicara dengan adikku ini. Adikku bercerita panjang lebar denganku. Aku
begitu senang. Dia bercerita tentang sekolahnya yang mengasyikkan. Aku pun yang
hanya mendengarkan celotehan nya pun hanya bisa tersenyum. Dia begitu semangat.
Aku bicara lama sekali dengannya.
Tapi, tiba-tiba telepon terputus. Entah karena apa. Kulihat
HP ku. Jaringan disini bagus. Apa yang memutuskan? Aku berpikir adikku itu akan
menelepon ku sekali lagi. Tapi ku tunggu tak juga datang. “Mungkin pulsa
orangtuanya habis.” Pikirku positif.
Beberapa hari kemudian. Pagi ini seperti biasa. Aku datang
terlambat. Tapi itu sudah menjadi sarapan pagiku setiap hari. Hari ini
olahraga. Aku memang mencintai olahraga. Itu pelajaran yang aku sukai. Tapi
hari ini aku berbeda. Aku tak ingin olahraga sama sekali. Aku terlalu lelah
untuk olahraga. Aku tak semangat olahraga. Akhir-akhir ini aku sering
kelelahan. Entah apa yang terjadi dalam diriku.
Aku bergegas pulang. Tak ingin melakukan kegiatan apapun.
Apapun itu. Setiba dirumah, tak ku buka sepatu ku, aku langsung melempar tas dan
mehempaskan tubuhku di atas tempat tidurku. Nyaris aku akan tertidur tiba-tiba
HP ku berbunyi lagi. Aku berharap itu dari adikku. Dan ternyata benar. Yap,
suasana hatiku berubah kembali. Kali ini ceritaku dengan adikku lebih menarik.
Dia bercerita tentang kakak kelas yang menyukainya. Sampai-sampai teman
sekelasnya mentertawakannya. Tapi hari ini dia hanya sebentar meneleponku. Dia
bilang ada urusan. Dengan berat hati ku tutup telepon tersebut.
Keesokkan harinya adalah hari yang menyenangkan bagiku. Entah
kenapa aku sangat bahagia sekali. Aku mengikuti pelajaran dengan baik. Tak
seperti biasanya, aku hanya bermalas-malasan dan tidak memperhatikan guru.
Sampai pulang aku bahagia. Sampai temanku heran padaku. Kenapa aku begitu
semangat hari ini. Setelah sekolah berakhir, aku pulang ke rumah. Pintu rumahku
terbuka tidak seperti biasanya. kulihat ada sendal orangtuaku dan
saudara-saudaraku. Ku masuk kedalam rumah melihat apa yang terjadi. Tampak
semua keluargaku menangis. Tak ku hiraukan mereka. Mungkin masalah keluarga
atau apa. Memang aku tak biasa ikut campur dalam masalah keluarga. Aku hanya
masuk ke kamar tanpa bertanya apa yang terjadi.Tapi aku melihat mereka semua
menangis. Bahkan kakakku menagis tersedu-sedu. Tetap aku tak memberanikan diri
untuk bertanya.
Aku ingin menelepon adikku untuk menenagkan keherananku.
Mungkin aku bisa mendengar cerita-cerita tentang dirinya. Tapi aku tak
menemukan HP ku. Lalu aku keluar dari kamarku dan melihat HP ku digenggam oleh
kakakku. “adik yang di bangka belitung meninggal karena demam tadi pagi. Kakak
dapat telepon tadi dari orangtuanya.” Perkataan kakakku mengagetkanku. Tak jadi
aku mengambil HP ku aku bali lagi kekamarku tanpa sepatah katapun. Kosong.
Pikiran ku kosong. Aku tak mengerti semua ini. Akupun kembali keluar kamarku
dan sampai keluar rumahku. Aku duduk di teras rumahku. Akhirnya keluar juga air
mataku yang telah berusaha ku tahan daritadi. Kenapa? Kenapa begitu cepat pergi
? hanya demam. Dia hanya demam dan pergi ? lantas aku berbicara kasar dalam
hatiku.” Dia masih kecil. Dia belum menggapai cita-citanya. Dia belum membalas
jasa orangtuanya. Kenapa pergi ? dia masih belum merasakan dunia. Banyak hal
yang ingin dilakukannya. Tuhan , kau sungguh kejam” kataku dalam hati. aku
terduduk lemas. Tak sanggup bergerak lagi. Serasa tubuhku tak bertulang.
Kebahagiaan di sekolah berubah menjadi tangisan kesedihan. Ku tatap langit yang
amat cerah. Suasana langit sekarang tak sesuai dengan cuaca dihatiku.
Komentar
Posting Komentar