Tuluskah Dirimu
Tuluskah
Dirimu
Terkadang rasa suka, cinta ataupun mengagumi itu perlu kita tuangkan
langsung kepada orang spesial itu. Walaupun kita kaum hawa, tidak menjadi
alasan untuk kita memulai terlebih dulu apalagi masalah hati. Justru tidak
sedikit saat setelah kita menuangkan rasa itu, dia lebih peka dan akan lebih
dekat dengan kita. Dan itu merupakan hal yang paling istimewa dan
menggembirakan untuk kita sebagai bidadari bumi. Seperti halnya aku, Tutut Eka
Agustina itulah namaku seorang gadis yang tidak terlalu cantik apalagi menarik,
tidak juga anak orang kaya yang keluar masuk mall dan juga bukan remaja hits
kekinian. Yang hanya bisa membanggakan kulit yang putih dan bola mata yang
sipit.
Sang fajar datang dengan sinarnya yang malu-malu, ku terbangun mendengar
suara wanita pelindungku memanggil dan memintaku untuk segera melaksanakan
kewajibanku kepada Yang Maha Kuasa. Entah kenapa pagi itu hatiku gundah gulana
tak tau apa sebabnya. Sampai disekolahan pun kegundahan itu masih membendung
hatiku. Disaat jam pelajaraan dimulai, tiba-tiba tanpa ku duga seorang pria
masuk ke kelasku. Sontak hatiku menggebu-menggebu ditambah tubuhku yang membeku
bagai diguyur salju dari kutub utara. Suasana pun menjadi kacau karena ulah
teman-temanku yang terus menggodaku. Tapi aku tak begitu memperdulikannya, aku
termengung dan masih tak percaya dia ada di kelasku, di depan bola mataku meski
dia datang untuk memanggil ketua kelas bukan aku, tapi hatiku senang sekali
ditambah aku yang mengetahuinya sempat melihatku walaupun hanya beberapa detik.
Sungguh kejutan tak duga menjelang hari ulang tahunku.
Hari demi hari berlalu bagai ternado yang menyapu seluruh isi bumi,
besoklah hari istimewaku, hari ulang tahunku ingin rasanya ada cowok spesial
yang juga istimewa dihidupku. Namun sayang aku sedang benar-benar sendiri dan
tak memiliki kekasih. Sekarang aku hidup dengan sandiwara yang sudah ku
rencanakan dan tertata rapi. Sandiwara itu adalah dimana saat dihari
istimewaku, aku bahagia memiliki kekasih namun itu hanya sandiwara dan hanya
angan-anganku yang berlalu bagai angin dimusim semi. Tak tau jadinya jika
teman-temanku mengetahuinya, itu semua ku lakukan hanya agar harga diriku tak
diinjak-injak. Mereka sekarang hanya tau jika saat ini aku memiliki kekasih
tapi juga mengangumi salah satu cowok di sekolahan ku yaitu Jarwo, panggilan
kesayanganku yang juga nama samaran untuk Iwan. Itulah Jarwo sebenarnya, pria
yang sudah lama ku kagumi dan inginku memiliknya namun apa dayaku dia hanya
menganggapku teman biasa karena dia juga telah memiliki kekasih yang ternyata
lebih tua darinya.
Matahari tenggelam di ufuk barat bumi, kini hangatnya sore yang indah
berganti dengan dingin dan gelapnya malam. Ku nikmati waktu bersama
teman-temanku yang sedang membereskan alat-alat perkusinya yang sedari tadi
melakukan pertunjukan dalam acara memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Di
tengah guritanya malam dengan bertaburan bintang, kita berbagi cerita dan
bercanda ria bersama menikmati persahabatan yang sudah terlahir bagai keluarga.
Namun aku harus pulang terlebih dahulu karena besok aku sekolah dan harus
istirahat agar aku kuat mengikuti upacara kemerdekaan. Tapi saat sampai di
rumah aku tak tidur malah asik chattingan dengan temanku yang sekaligus ku
anggap kakakku sendiri. Dia menggucapkan selamat ulang tahun kepadaku padahal
masih 1 jam lagi. Aku tak tinggal diam dan langsung ku protes karena belum
waktunya dan memintanya agar menggucapkannya lagi saat jam sudah lewat dari
24.00 malam. Tapi dia tak mau dan akhirnya kami debat sampai ku tertidur dengan
ponsel yang ku genggam dijari-jari manisku.
Ku terbangun mendengar suara bisik alaram dari ponselku. Ku buka bola
indah wajahku dan betapa terkejutnya aku melihat dipojok kamarku terletak kue
tart dan bungkusan GEDE yang berhias hello kitty. Langsungku ambil dan ku baca
sepucuk surat beramplop putih yang ternyata dari ibuku tersayang. Menetes air
mataku membaca surat itu yang berisi agar ku tak salah bergaul dan selalu
menjaga kehormatanku. Sedih, senang, haru melihat ibuku juga bisa seperti ini karena
yang ku tau beliau cuek dan tak memperdulikanku. Tapi prasangka burukku keliru
dan aku menyesal sekali telah negatif thingking terhadapnya.
Seperti biasa ku berangkat sekolah dengan beat biruku. Ku berangkat
dengan perasaan yang campur aduk. Sedih saat membayangkan jika nanti
teman-temanku lupa akan hari istimewaku, ditambah pangeran berkuda putihku
yakni Jarwo juga tak mengetahui jika hari ini aku ulang tahun. Tapi semua itu
salah saat barisan upacara dibubarkan
dan kita bergoyang bersama di tengah lapangan, mereka memberikan selamat dan
mendoakanku agar menjadi lebih baik. Tak lupa saat teman-temanku telah kembali
ke kelas dan tinggal ada aku bersama kakakku, aku yang melihat Jarwo lewat
depanku segera ku meminta foto bersamanya. Senangnya dia tak menolak dan
langsung mengambil posisi disampingku. Tak seperti saat pertama ku minta foto
dengannya, sekarang dia lebih dekat denganku sampai-sampai ku merasakan dadanya
yang seluas lapangan bola. Ketika dia akan cabut, kakak dengan mulut yang
ceplas-ceplos langsung berkata ke Jarwo jika hari aku ulang tahun dan ingin
diucapkan selamat ulang tahun dengannya. Dan tanpa basa-basi dia berkata,
" HBD ya" sambil tersenyum dan melambaikan tangan meninggalkanku.
Bagai adonan kue, perasaanku menjadi satu, sedih teringat jika ku tak dapat
memilikinya dan senang menerima ucapan darinya. Ingin rasa mulut ini menyembur
bara api dan teriak sekeras mungkin bahwa hari ini aku bahagia sekali tanpa
beban.
Ku kembali ke kelas dengan hati yang masih berbunga-bunga dan wajah yang
sumringah. Ku duduk di bangkuku dan dilanjut lagi teman-temanku yang lain
mengucapkan selamat sambil mengacak-acak kerudungku sampai terlepas dan giliran
rambutku yang diambrul adolkan dengan sengajanya. Tapi aku tak marah malah aku
senang dan bersyukur karena teman-temanku care terhadapku. Ku rapikan
kerudungku dan langsung tancap gas dengan kakakku menuju Taman Rajekwesi yang
sekarang sedang ramai diperbincangkan. Ku nikmati indahnya pagi itu dengan
kakaku, ingin rasa menghentikan waktu, menghancurkan jam agar ku bisa berdua
bersamanya menikmati arti persahabatan dan kerinduan yang selama beberapa hari
ini kami jarang berdua karena dia sibuk dengan kekasih barunya yang juga tak
pernah ku restui dan ku setujui karena menurutku kekasihnya itu berandalan dan
tidak cocok untuknya.
2 jam berlalu, kami memutuskan untuk pulang kerumahku. Dan tiba saat ku
masuk rumah "Dorrrrr,, Hbd Tutut" ucap mereka bersama-sama dibarengi
balon yang meletus. Air mata bahagai menetes di pipi mungilku. Ku tak percaya
mereka telah menyiapkan ini semua untukku dan rela jauh-jauh ke rumahku. Kita
bernyanyi bersama, memotong, meniup dan makan kue bersama. Setelah itu ku ajak
mereka makan bakso seperti janjiku jika mereka datang ke rumahku, mereka akan
ku traktir bakso. Satu, dua sampai empat bulatan daging kita nikmati bersama
dengan selinggan cerita mereka sampai ke rumahku. Selesai sudah, mereka semua
berpamitan dan menyubit pipiku satu persatu, seperti bayi dengan pipi bakpao
siang itu.
Keesokan harinya, ku jalani hari ini dengan keceriaan yang datang
bertubi-tubi kepadaku. Ditambah ku dengar kabar jika kelas 11 Tkj akan pindah
ke kelas baru yang berada dekat kelasku dan berposisi di sebelah parkiran serta
kantin. Gembira ku rasakan dalam hatiku karena ku bisa berjumpa dengannya
setiap hari. Sampai ku lihat benar dia dan teman-teman seperjuangannya gotong
royong membersihkan kelas baru itu. Selama mereka membersihkan kelas baru,
Jarwo beserta anak cowok lainnya sibuk mondar-mandir di depan kelasku sambil
membawa alat-alat musik. Yang ternyata akan dipindah ke lab musik baru.
"Tiiittttt waktu istirahat pertama datang" bel istirahat
berkumandang, semua berlarian keluar tak luput diriku dan sahabat baikku
melangkahkan kaki menuju kantin untuk memanjakan perut. Belum sampai di kantin,
ku lihat motor biruku ternyata berhadapan dengan motor hitam Jarwo. Langsung ku
ambil ponsel dan mengabadikannya serta ku share ke sosmed. Bangga ku rasa, dan
andai bukan hanya motorku yang berhadapan tapi aku juga bebas berhadapan lama
dengannya. Ku lanjutkan langkahku menuju kantin dan ku nikmati pentol-pentol
bulat khas SMKN 1 Bojonegoro.
Waktu tak kan pernah berhenti dan senja akan berganti Fajar. Ku duduk
santai di depan kelas bersama teman-temanku menikmati merdekanya kami karena
tak ada guru dan tugas yang memusingkan kepala. Kami berbagi cerita, sampai
jantungku terhenti mendengar jika 1 minggu lagi Jarwo akan berulang tahun.
"Wow" satu kata ku ucap dan mulai membangun angan-angan untuk hal apa
yang harus ku lakukan di hari spesialnya. Tak lama akalku masuk dan berseru
agar ku memberikannya hadiah ditambah ini saatnya aku jujur kepadanya kalau
selama ini aku menyukainya dan bermimpi akan berdua bersamanya. Tapi ku sadar,
aku tak kan berani untuk mengutarakannya langsung, sehingga ku putuskan untuk
membelikannya hadiah dan sepucuk surat pernyataan perasaanku terhadapnya. Entah
apa resiko yang akan terjadi dan perubahan sikapnya terhadapku yang terpenting
aku sudah jujur kepadanya.
7 hari berlalu, tiba saatnya hari yang dinanti-nanti datang. Langsungku
berikan kado berupa jam tangan coklat dengan sepucuk surat pengantar hatiku.
Aku tak berani memberikannya langsung karena ku takut dia akan menolak dan
mungkin akan membuangnya langsung didepanku. Jadi ku putuskan untuk
memberiakannya lewat temanku yang juga anggota OSIS disekolahku. Aku pun hanya
mengawasi dari kejauhan dan betapa senang hatiku melihatnya menerima
pemberianku, ditambah dia juga mengetahui dan senyum kepadaku.
Hari demi hari berlalu, ku tak pernah lagi melihatnya apalagi mendapat
senyum indah darinya. Dia menghilang
ditelan bumi, aku pun tak tau sebabnya. Namun dia berubah setelah menerima
surat dariku. "Apa mungkin ini jawaban darinya, jika dia benar-benar tak
suka kepadaku ? Apa ini tanda jika aku harus melupakannya ?", bisikan
hatiku yang setiap hari tak berjumpa dengannya. Ku rindu kepadanya, inginku
menemuinya dan bertanya langsung apakah maksut dari ini semua. Jujur aku
bersiksa atas semua sikapnya yang telah dia perbuat. Namun dengan berjalannya
waktu aku bisa iklas dan menerimanya.
2 bulan kemudian
Alunan lagu koplo, mobil-mobil besar berhias bunga-bunga telah siap
mengikuti karnaval di desaku dalam rangka memperingati hari jadi Bojonegoro.
Dan sejak itu pula aku dekat dengan saudara temanku yang juga tergabung dalam
Lorek Budaya yang merupakan oklik traditional dari desaku. Sebelumnya bisa
dibilang aku sudah kenal dengannya, tetapi tak sepatah kata yang terucap jika
kami bertemu. Dan kini berubah 180 derajat yang awalnya dia hanya ingin
berkenalan dengan temanku malah sekarang dia yang ingin dekat denganku. Awalnya
aku hanya menganggap dia sebagai teman chatting dan tidak ada sedikitpun rasa
suka apalagi ingin memilikinya. Namun seiring berjalannya waktu, hatiku yang
membeku berubah mencair saat dia membuatku merasa istimewa saat bersamanya. Dan
aku merasakan kebahagiaan diperjuangkan seorang laki-laki yang tulus sayang
kepadaku.
Tak terhitung berapa kali dia mengatakan cinta kepadaku dan selalu ku
tolak dengan berbagai alasan yang menurutku cukup agar dia menerima
penolakanku. Tak terlihat rasa keputusasaannya, dia justru terus berusaha
membuatku tersenyum dan kukuh dalam pendiriannya jika suatu saat aku akan
menerimannya. Kasian terkadang aku melihatnya namun bukan hanya satu faktor
yang membuat ku tak pernah menerimanya tapi banyak faktor, mulai dari umur ku
yang terpaut 3 tahun darinya, ketakutanku jika tak direstui keluarga
masing-masing dari kami karena keluarga kami pernah bermusuhan, ditambah jika
teman-temanku tau kalau aku berpacaran dengan pria dewasa yang bisa dibilang
"om-om". Aku pun tak pernah
ingin berpacaran dengan laki-laki yang lebih tua dariku, ditambah dia juga
mempunyai wajah yang pas-pasan. Sejak pertama aku berpacaran aku selalu pacaran
dengan yang seumuranku atau kadang dengan adik kelasku itu pun tak pernah
bertahan lama karena aku tipe cewek yang gampang bosen dan tak ada satu
mantanku yang ku terima dengan alasan sayang, mentok-mentok kalau aku suka.
Karena semua pacarku (mantan) hanya ku
buat pelarian dari orang ku sayangi. *curhat*
Malam berteman rembulan berganti dengan sinar surya yang menghangatkan
tubuh yang dingin akibat rintikan hujan malam hari. Hari ini hari minggu, hari
penatku harus membersihkan rumah dari debu dan kotoran yang menyebabkan virus.
Rasa capek berganti segar saat setelah ku basuh tubuh ku ini dengan air dingin
PDAM. Ku ambil handphone dan ku baca 5 pesan yang ternyata dari dia semua. Dia
mempertanyakan apakah jadi lihat mobil offroad bareng atau tidak.
"Ayok, tapi sama Reza ya ?"
balasanku. "Oke gak papa, yang penting kita jadi keluar ! " balasan
tegas darinya.
15 menit kemudian, dia datang dengan
sepeda motor repsol kesayangannya. Motor itu dia beli dengan hasil kerjanya
sendiri yang tak pernah ku ketahui dimana dia bekerja. Karena setiap kali ku
tanya dia selalu mengalihkan pembicaran. Entah kenapa, aku hanya berdoa semoga
dia mendapatkan rezeki yang halal dan melimpah.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ditempat offroad karena
tempatnya dekat dengan rumahku. Lagi pula banyak tetanggaku yang melihat lewat
sawah belakang rumahku karena lebih dekat dengan tempat offroad. Sesampainya ditempat offroad kami berjalan
berdua dan Reza adikku berjalan duluan di depan kami.
"Ohmegat ! " katanya terkejut.
"Kenapa ? " jawabku.
Tak ada jawaban darinya, dia hanya mengarahkan tangannya ke arah
orang-orang yang sedang tegang menyaksikan offroad. Aku pun ikut-ikutan tegang
bukan karena melihat offroad tapi mengetahui bahwa sebagian banyak penonton
offroad adalah tetanggaku. Rasa cemas, takut, gugup, senang campur menjadi satu
sebab pasti besok akan ada gosip tak enak tentangku. Akhirnya kami memutuskan
untuk melihat hewan-hewan di TPA Banjarsari. Yang sekarang tidak hanya sebagian
tempat pengolahan sampah tapi menjadi Taman edukasi hewan dan tumbuhan.
2 jam berlalu, dia kembali menyatakan cinta
kepadaku dan untuk kesekian kalinya ku tolak dengan halus karena ku tak ingin
membuatnya terluka. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Dan sebelum pulang kami mampir ke indomaret
untuk membeli es krim sesuai yang dia janjikan kepadaku. Tak ku sangka ternyata
di depan indomaret ada teman sekelasku yang akan melihat offroad juga. Jantung
ku serasa akan copot karena melihatnya, ditambah dia yang mengetahui ku
walaupun aku menggunakan masker mulut. Tapi keesokan harinya saat ku sekolah
hatiku sangat lega karena temanku tak mempertanyakan siapa pria yang bersamaku
kemarin siang.
"Tititititittttt,, beb jadi ikut gak ?" 1pesan masuk dari
Joko. Ya seperti rencana, aku akan ikut dengannya tanggapan oklik disalah satu
desa tetangga. Kami berangkat bersama dengan naik motor. Sedangkan anggota yang
lain bersama-sama naik mobil yang telah disediakan. Kami sangat senang jika ada
tanggapan oklik karena saat itu juga kami bisa keluar dan goncengan bareng.
Bukan hanya karena itu aku ikut dengannya tapi aku diminta ibu ku untuk ikut
dengan alasan menjaga adikku yang juga tergabung dalam grub oklik lorek budya.
Tak lupa ku berikan jam tangan yang sudah ku beli jauh-jauh hari sebelumnya.
Aku juga memakaikannya, sedangkan dia hanya menatap wajahku serta senyum-senyum
sendiri. Kami berdua disana dengan ditemani rintik-rintik hujan terus bersama
dan berbagi cerita. Sampai jam menunjukkan pukul 23.00 kami memutuskan untuk
pulang terlebih dahulu karena besok adikku masuk sekolah. Dan saat
diperjalankan kami hanya diam membisu tak berkutik ditemani angin malam dan
sinar rembulan yang akan mulai terlelap. Namun seketika hatiku berdegup kencang
dan ku merasa ada yang memegang tanganku. Ku mencoba menghempas dan
melepaskannya namun semakin kuat saja dia menggenggam tanganku. Ku coba lagi
tapi tanganku malah ditarik ke depan badannya, sampai adikku yang berada
ditengah terbangun akibat doronganku ke depan.
15 menit kemudian, "Makasih
mas", ucapku. "Sama-sama beb", balasnya. Aku pun masuk ke rumah.
Keesokan harinya, "Tut, magang dimana ?" tanya Selfy.
"Bisnis Center dong", jawabku. Hari ini hari pertama kelas
XI-Akuntansi 3 untuk magang intern. Aku dan 3 temanku bertanggung jawab untuk
magang di Bisnis Center selama seminggu. Sejak pagi banyak adek dan kakak kelas
datang ke Bisnis Center untuk membeli peralatan membuat mading. Tak ketinggalan
Jarwo, pujaan hatiku. Dia membeli lem dan kertas karton. Hatiku berdebar-debar
seakan-akan aku ingin menyampanya. Namun karena bel masuk berbunyi, dia
cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju kelas. Tiba-tiba temanku menepuk
pundakku dari belakang, "Ciee yang dilihatin pangeran kuda putihnya tapi
pura-pura sibuk !" goda temanku. "Hah, siapa ? Kapan ?", jawabku
penasaran. "Gak usah pura-pura gak tau deh !" bantahnya. "Emang
aku gak tau kok. Si Jarwo maksudmu ?" jawabku. Dia tak menjawab
pertanyaanku dan pergi meninggalkanku.
13.40 WIB, "Pulang bareng ya, tut ?" ajak Selvira. "Oke,
kamu yang nyetir ya ?", pintaku. "Siap, eh lihat tuh Jarwo !"
beritahunya, "Kenapa ?" tanyaku. "Dari tadi ngelihatin kamu deh,
kayaknya punya rencana jahat buat kamu !" jawabnya, "Rencana jahat
apa ?", tanyaku lagi, "Lihat aja dari tadi meganggin hp dan hpnya
juga menggarah ke kamu." jawabnya lagi. Aku diam membisu dan hanya menatapnya
dengan banyak pertanyaan. Hatiku tak karuan, senang, gelisah, sedih dan bahagia
menjadi satu. Alangkah senang hatiku jika dia benar memperhatikanku dan memulai
suka kepadaku. Namun sakit hatiku mengingat perjuanganku yang dulu tak pernah
dihargai. Lantas aku berfikir, "Jika bahagia itu bersama maka bukan aku
saja yang berjuang melainkan kita berjuang bersama dan kita hadapi pahit manis
kehidupan ini bersama."
4 bulan kemudian, aku perlahan-lahan menjauh dan mulai melupakannya. Aku
berfikir bahwa aku bertekad untuk vakum dari dunia percintaan. Dan saat itulah
hanya sahabat-sahabatku dan seseorang yang selama ini menemani hari-hariku
dengan penuh canda dan tawa. Yang hanya ku anggap sebagai kakakku, dan
lebih-lebihnya saudaraku. Ternyata dia menaruh perasaan serius kepadaku, tetapi
sampai saat ini tak pernah ada rasa sayang yang lebih dari kakak dan adek.
Hingga pada akhirnya dia mendesakku untuk memberi kepastian apakah aku akan
menerimannya atau tidak. Dan aku pun lelah mendengar ungkapan perasaannya
kepadaku. Sedikit demi sedikit aku mulai membuka hati untuknya dan aku bilang
kepadanya untuk menjalani hubungan ini seiringnya waktu. Hingga tiba saatnya
aku siap untuk meluapkan isi hatiku kepadanya.
Sarangan, Magetan. Ku turun dari bis yang ku tumpangi bersamanya dan
teman-temanku lainnya. Kami menikmati tahun baru 2017 ini di indahnya telaga
dengan rintikan air hujan yang membuat udara disana menjadi dingin. Kami berdua
memutuskan untuk berteduh disalah satu warung yang ada disana sambil menikmati
wedang ronde khas Sarangan. Sampai wedang ronde itu habis, kami memutuskan
untuk naik menuju air terjun yang terkenal sangat indah. Sebelum naik dia
memakaikan jaketnya yang berlambang Mascenter United kepadaku Dan kami pun naik
bersama dengan bergandengan tangan. Ternyata benar air terjun Sarangan sangat
indah, lalu dia mengajakku untuk berpose ditengah - tengah air terjun sarangan
itu. Saat itulah aku tidak mau melupakan momen bahagia ini. Saat aku mencoba
untuk menepi dari air terjun itu, dia tiba - tiba memegang erat tanganku, dan
aku mencoba untuk melepaskan pegangan tangan itu. Namun semakin erat pegangan
tanganku dan berkata "maukah kamu menjadi teman hidupku, sekaligus
penyemangat hariku ? " dan aku binggung saat itu, entah apa yang harus ku
ucap saat itu, dan ku coba membuka perlahan - lahan mulutku dan sedikit terbata
- bata, aku menjawab "iya", jawabku singkat. Dan akhirnya tepat di
sarangan dan tepat di hari bahagia itu aku jadian sama dia. Alangkah indahnya
hari ini ditemani dengan guyuran air dari air terjun itu. Saat itulah aku
berhayal "Jika bahagia itu bersama, ngapain harus berjuang sendiri. Ya
harus berjuang bersama - sama ".
Komentar
Posting Komentar