BESTFRIEND OR BOYFRIEND
BESTFRIEND
OR BOYFRIEND
Karya
: Gita Febriana T.D
(12)
Pagi
hari, terdengar suara alarm disebuah kamar sederhana. Terlihat gadis yang masih
bergulat dengan selimut tebalnya masih engan bangun dari alam bawah sadarnya. 2
menit kemudian gadis itu terlihat menuruni ranjangnya, dan kemudian pergi ke
kamar mandi. Ya seperti biasanya hal ini yang menjadi rutinitas gadis berumur
13 tahun tersebut yaiutu pergi ke sekolah. “ckkleeekk…” terdengar suara pintu
kamr mandi terbuka menampakkan seorang gadis lengkap dengan kimono dan juga
handuk yang masih menempel dirambut basahnya seraya mengibas – ngibaskan rambut
agar cepat kering. Setelah dirasa rambutnya sudah cukup kering ia mengambil
beberapa potong pakaian.
“Hari
senin? Ohh putih biru” gumamnya sambil mengambil baju putih kemeja yang
dipadukan dengan rok biru panjang tidak lupa ia juga mengenakan kerudung
sederhana berwarna putih. Ia juga memoleskan bedak secara natural. Gadis itu
bernama Nita berkepribadian humoris dan memiliki rasa kepedulian yang tulus
terhadap semua orang. Gadis yang tanpa sadar telah memikat semua orang dengan
kebaikannya.
“Tap..tap…tap…”
derap langkah seorang gadis yang sedang menuruni tangga dengan kaki jenjangnya
berhias sepatu hitam yang indah, ya dialah Nita.
“Selamat
pagi ma…pa…” sapanya terhadap orang tuanya
“Selamat
pagi anak papa yang cantik” sahut papanya dengan tangan kanan memegang
cangkir kopi kemudian menyeduhnya.
“Selamat
pagi juga anak mama” ucap mamanya keluar dari dapur dengan tangan kanan
memegang piring yang berisi lauk pauk sedangkan tangan kanan memegang segelas susu.
“Pagi
ini kita sarapan apa ma?” Tanya Nita dengan dengan raut wajah ceria.
“Pagi
ini mama masak rendang, kemarin mama lupa belanja di supermarket dan dikulkas
hanya ada daging, jadi mama masak aja deh rendang” ucap mama
“Gapapa
kok ma lagian ini kan kesukaan Nita” sahut Nita dengan wajah berbinar
“Sudah
sekarang kita makan saja” perintah mama
5
menit kemudian Nita telah selesai sarapan dan juga meminum susu buatan mamanya.
“ma…pa..,
Nita berangkat sekolah dulu ya, assalamu’alaikum” ucapku setelah mencium tangan
mama dan papanya. “waalaikum salam hati – hati nak” perintah mama ….papa. jam
menunjukkan pukul setengah tujuh Nita bergegas naik sepeda dan pergi ke sekolah
yang kurang lebih jarak dari rumah sekitar 1km. 10 menit kemudian Nita sampai
disekolah yaitu SMP Negeri 1 Bogor. Disini Nita kelas II, dia berada di ruang
kelas 11 B. dia termasuk murid yang pandai. Sejak kelas 10 ia selalu medapat
peringkat 1 dikelas.
“Teet….teettt….teeet”
bel pun terdengar, Nita segera duduk dibangku nomor 2 dari depan sebelah pojok kanan.
Ia sebangku dengan sahabatnya yaitu Eva, dia sudah menjadi sahabat Nita dari
kelas 7 SMP dan sahabat kedua yang berada didepannya bernama Dista, mereka
berdua sahabat yang yang paling baik menurut Nita. Tempat bersandar dan tempat
berbagi segala keluh kesahnya saat ada masalah. Tak terasa bel pulang
terdengar, Nita segera merapikan buku – bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.
Ternyata bu guru memberi tugas kerja kelompok 3 orang dan tidak Nita sangka ia
sekelompok dengan sahabatnya. Sesampainya diparkirkan. “ Nit – nita tunggu”
teriak Eva, Dista dengan nafas terengah – engah setelah memanggilku “ada apa
va, dis?” Tanya nita.
“Em
gini akau mau tanya kita kerja kelompoknya dirumah kalian berdua terus dan kali
ini bagaimana kalau gentian dirumahku? Ucapku
“oke
deh? Nanti jam berapa? “Tanya Dista”
“kalau
jam 3 sore gimana? Ucap Nita
“Baiklah,
kita setuju” ucap Eva, Dista serempak
“Em
kalau gitu kami pulang dulu ya” pamit Eva, Dista
“iya
hati – hati” ucap Nita
Nita
pun bergegas mengayuh sepedahnya kembali untuk pulang kerumahnya. Sore harinya
pun tiba, di kamar terlihat dua orang gadis yang masih berkutat dengan
handphone ditangannya tepatnya di rumah Dista.
“Eh
udah jam va “ucap dista”
“Oo..iya
kita kan mau kerumah Nita” sahut Eva seraya bangun dari sofa
“yaudah
deh mending sekarang kita siap – siap!” ujar Dista sambil membenarkan letak
selimut yang berantakkan akibat ulahnya.
“kalau
begitu aku pulang dulu ya” pamit Eva
“ya
hati – hati va, ntar tunggu didepan komplek perumahan ya” ucap Dista
Oke
deh” jawab Eva seraya berjalan menghampiri pintu kamar Dista untuk keluar 30
menit kemudian Eva, Dista sudah berkumpul di depan komplek perumahan dengan
masing – masing memakai sepeda.
“Ayo
berangkat Dis udah mau jam 3 nih” ujar Eva
“Iya
ayo deh, pasti udah ditungguin Nita” ucap Dista sambil mengayuh sepedanya.
15
menit kemudian Dista dan Evatiba di rumah Nita dikawasan perumahan asri yang
cukup mewah.
“Assalamu’alaikum
Nit – nita” panggil mereka didepan pagar rumah Nita. Akhirnya Nita pun keluar
rumah dengan wajah berbinar.
“Wa’alaikum
salam. Eh kalian udah pada dateng. Yuk va, dis masuk”, ajak Nita sambil
menggandeng tangan mereka berdua.
“Kalian
duduk disini ya, aku mau ambil buku dan bahan-bahannya dulu. O iya, kalian mau
minum apa?”, Tanya Nita.
“Apa
aja deh”, sahut Dista dan Eva.
“Oke
tunggu sebentar”, ucap Nita.
“Taraaa…
aku udah bawain jus jeruk, kita bagusnya buat apa?”, tanya Nita.
“Bagaimana
kalau buat gantungan kunci dari kain sisa?”, sahut Dista.
“Oke,
aku setuju”, jawab Eva.
“Baiklah
sekarang kita buat potongannya dulu”, usul Nita.
1
jam kemudian hasil karya mereka pun jadi. Nita membuat gantungan kunci animasi
Doraemon, Dista membuat gantungan kunci animasi keroppi, dan Eva membuat
gantungan kunci animasi bunga cantik. Setelah mereka menyelesaikan hasil kerja
kelompok, mereka pun bercerita-cerita.
“Eh
besok di sekolah kita ada turnamen basket lho!”, ucap Nita.
“Oh
ya? Siapa lawannya?”, Tanya Eva.
“Kalau
nggak salah sama SMP Negeri 2 deh”, jawab Nita.
“Berarti
besok Kak Aldo ikut dong?”, ucap Dista dengan wajah berbinar sambil memainkan
rambutnya.
“Aldo
siapa sih?”, ucap Eva bingung dengan ekspresi memegang bolpoin yang disandarkan
pada dagunya.
“Isshhh…
kamu kuper banget sih va, itu lho Kak Aldo kelas 9c yang ganteng itu lho yang
biasanya suka duduk di depan kelas kita waktu istirahat”, jelas Nita.
“Oh
itu, biasa aja”, ujar Eva.
“Uhhh…
kamu itu gimana sih, orang ganteng itu”, ucap Dista sambil bertapang dagu.
“Terserah
kalian deh”, ucap Eva.
“Pokoknya
besok kita liat turnamennya, harus pokoknya!”, ucap Nita.
“Iya,
harus!!”, ucap Dista.
“Kalau
aku gak mau gimana dong?”, ucap Eva dengan nada gak peduli.
“Kalo
gak mau aku seret kamu ke sungai terus aku ceburin bareng buaya”, ucap Dista.
“Aku
setuju Dis”, ucap Nita sambil mengacungkan tangan.
“Isshhh…
jahat banget sih kalian!” ujar Eva dengan ekspresi cemberut.
“Bodoo
amat weeekk…” ucap Eva dan Dista sambil
menjulurkan lidahnya.
“Ikut
ya? Ya va? Ikut lihat turnamen?” ucap Dista dan Eva sambil menunjukkan puppy
eyesnya.
“Baiklah”,
ujar Eva terpaksa.
“Nah
gitu dong kan baru namanya sahabat”, ujar Nita sambil merangkul Dista dan Eva.
“Haaa…
sudah jam 5, ay ova kita harus pulang, ntar dimarahin sama orang tua kita”.
Ajak Dista.
“Yasudah
nit, kita pulang dulu ya?”, ujar Eva.
“Jangan
lupa besok harus liat turnamen”, ucap Nita.
“Iya-iya,
yasudah kita pulang”, salam Eva.
“Ya
hati-hati”.
Mereka
pun dengan mengendarai sepeda dengan kecepatan yang lumayan cepat. Lima belas
menit kemudian mereka telah sampai di rumah masing-masing.
Sesampainya
di rumah, mereka pun memarkirkan sepedah di garasi masing-masing dan masuk ke
dalam rumah. Ya, rumah Eva dan Dista memang bersebelahan. Di dalam rumah mereka
langsung masuk ke dalam kamar dan langsung pergi kea lam bawah sadarnya.
Pagi
haripun tiba, di kamar masing-masing terdengar suara alarm yang tak dihiraukan
oleh sang empunya tidur, justru malah mengeratkan selimut tebalnya dan menutup
telinganya dengan bantal. “Hoaamm… sudah pagi ternyata”. Gumamnya
Nita
pun bangun dari tidunya dan melipat selimut tebalnya, kemudian dia menuju kamar
mandi, lima menit kemudian ia keluar dari kamar mandi lengkap dengan seragam
sekoolah yang melekat pada tubuhnya. Dia memoles wajahnya dengan sedikit bedak
pada wajah sehingga menampilkan kesan natural pada diri Nita. Setelah
bersiap-siap ia segera menuruni tangga untuk sarapan bersama Mama dan Papanya.
“Ma,
Pa selamat pagi”, ucap Nita dengan ceria.
“Selamat
pagi nak”, ucap Mama Papa.
“Sarapannya
apa ni Ma?”, Tanya Nita.
“Ini
sama nasi goreng”, ucap Mama.
Lima
menit kemudian Nita telah selesai sarapan, Ia pun pamit kepada Mama dan
Papanya.
“Ma,
Pa, aku berangkat dulu ya”, pamit Nita
“Ya
nak, hati-hati”, sahut Mama dan Papa.
Lima
belas menit kemudian Nita sampai di sekolahnya, ia pun segera masuk ke dalam
kelasnya dan berkumpul dengan sahabatnya. Tak lama kemudian, bel pun berbunyi
tanda masuk, dari speaker sekolah diumumkan bahwa seluruh siswa disuruh untuk
berkumpul di lapangan basket untuk mendukung tim sekolah kita. Nita dan Dista
pun berlari menuju lapangan basket sambil menarik Eva.
“Kak
Aldo… Kak Aldo…”, teriak Dista dengan heboh.
“Ayo
kak Aldo kalahkan mereka… Ayo…”, sorak Nita tak kalah heboh.
“Isshh…
lebay deh kalian”, sinis Eva.
“Biarin”,
timpal Nita dan Dista.
“Horee
ayo kak tambah lagi skornya”, teriak Dista.
Peluit
pertandingan tanda selesai pun ditiup, skor berakhir 3-0 yang dimenangkan oleh
sekolah Nita. Nita dan Dista pun bersorak riang sambil meneriaki Kak Aldo,
etrkecuali Eva. Kemudian mereka berdua menghampiri Kak Aldo sambil membawakan
handuk dan minuman.
“Kak
Aldo, kenalkan nama aku Dista dari kelas 8b, aku Nita dari kelas 8b juga”.
“Oh,
aku Aldo dari kelas 9c”, sambil tersenyum.
Tak
lama kemudian Eva menghampiri mereka bertiga. “Kenalkan juga Kak ini sahabatku
namanya Eva sekelas sama aku dan Dista juga”, ucap Nita.
“Aldo”,
sahut Aldo pada Eva.
“Eva”,
ucap Eva singkat.
“Kak
tadi kakak mainnya bagus banget lho”, ucap Dista.
“Haha
biasa aja kok”, balas Kak Aldo.
“Beneran
deh Kak Aldo keren banget tadi”, sahut Nita.
“Hehe
terima kasih”, ujar Kak Aldo.
“Semua
orang juga bisa kalo main kayak gitu aja”, gumam Eva sambil menolehkan
kepalanya ke belakang.
“Kamu
tadi bilang apa?”, ucap Kak Aldo.
“Oh
enggak kok Kak, maksud Eva itu Kakak mainnya bagus gitu!”, ucap Dista sambil
menbekap mulut Eva.
“Emmmhhh…
lepasin dong gak bisa naafs nih aku”, teriak Eva.
“Hehe
maaf, habisnya kamu sih rese”, ucap Dista sambil cengingisan.
“Yaudah
ya Kak, kita kembali ke kelas dulu, daaa kaakk”, ujar Nita sambil merangkul
sahabatnya untuk pergi.
“Iya
hati-hati”, ucap Kak Aldo.
“Menarik”,
gumam Kak Aldo setelah ketiga gadis itu pergi.
Ya
Kak Aldo tertarik dengan Eva dan mulai mendekati Eva secara terus menerus
hingga mereka berdua sama-sama memiliki ketertarikan.
Semakin
lama Kak Aldo dan Eva semakin dekat, bahkan mereka sudah berpacaran selama dua
bulan. “Hari ini kita mau kencan kemana?”, Tanya Aldo.
“Bagaimana
kalau ke bioskop Kak nonton My Korean Teacher?”, ucap Eva.
“Baiklah,
ayo kekasih”, ucap Aldo dengan wajah berbinar.
Mereka
sampai di bioskop, mereka sekarang telah menikmati film tersebut.
“Kak
ayo pulang”, ajak Eva.
“Baiklah
ayo”, jawab Aldo.
Seperti
yang telah diketahui hubungan Eva dengan dua sahabatnya renggang karena
diam-diam Eva yang dulunya membenci Kak Aldo ternyata diam-diam sudah
berpacaran dengan Kak Aldo.
Eva
pun tak dapat menghindari rasa dalam hatinya bahwa sejak pertama bertemu, Eva
sudah memendam rasa kepada Kak Aldo seperti halnya yang dirasakan Kak Aldo.
Seperti halnya yang dirasakan Kak Aldo, Kak Aldo juga sudah jatuh hati pada Eva
sejak pertama kali bertemu.
Dua
tahun kemudian semua telah berubah, Kak Aldo tak pernah menghubungi Eva sejak
Kak Aldo masuk SMA. Sekarang Eva sudah SMA kelas 10, sedangkan Kak Aldo kelas
11. Eva masuk di SMAN 1, sedangkan Kak Aldo masuk di SMAN 2. Eva berusaha
mencari tahu kontaknya Kak Aldo tetapi hanya sakit balasan yang ia dapat.
“Kak
Aldo masih ingat aku?”, Tanya Eva via chat line.
“Siapa
ya?”, jawab Kak Aldo.
“Aku
Eva Kak pacar kakak sewaktu SMP”, jelas Eva.
“Maaf,
aku nggak inget”, jawab Kak Aldo. Seketika itu juga perasaan Eva rapuh.
Laki-laki yang sudah ditunggunya selama 2 tahun belakangan ini telah
melupakannya. Eva menyesal karena dulu sudah meninggalkan kedua sahabatnya demi
laki-laki yang ternyata sudah melupakannya. Hatinya telah dibutakan oleh perasaan
yang menyakitkan. Pada akhirnya sekarang Eva kehilangan orang yang dia cintai
dan juga orang yang ia sayangi yang sahabatnya.
Komentar
Posting Komentar